Didalam mempelajari ilmu penyakit
tumbuhan (fitopathologi, Phytopathology) sebelum seseorang melangkah lebih
lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam terlebih dahulu harus bisa
mengetahui tumbuhan yang dihadapinya sehat (normal) ataukah sakit.
Pada umumnya tumbuhan sakit
menunjukan suatu perubahan atau penyimpangan sebagai akibat adanya serangan
atau pengaruh suatu penyebab penyakit (patogen, pathogen). Perubahan atau
penyimpangan itu disebut gejala penyakit (sympoom). Beberapa jenis pathogen
dapat menimbulkan serangkaian gejala selama perkembangannya pada suatu jenis
tumbuhan : dengan demikian dalam melakukan diagnosis penyakit seringkali
mengalami kesulitan bila tidak ditemukan tanda-tanda penyakitnya (sign). Namun
dalam beberapa hal seseorang yang sudah berpengalaman hanya memperhatikan
gejala sudah dapat menentukan penyakit dengan cukup tepat.
Yang dimaksud dengan tanda
penyakit adalah semua pengenal dari semua penyakit selain gejala. Misalnya :
struktur patogen seperti miselium, spora, sklerotium, tanaman (untuk tanaman
tinggi parasitic), blondok (gom), lateka (reain) dan lain-lain.
Berdasarkan perluasan gejala yang
terjadi dikenal gejala local dan gejala sistemik. Gejala local (setempat,
local, lesionel) adalah yang hanya meliputi daerah tertentu saja misalnya
gejala nekrosis, kanker, busuk dan lain-lain. Gejala sistemik (meluas, habitat,
systemic) adalah gejala yang merata dan terdapat pada semua daun suatu
tumbuhan. Hal ini ditimbulakn karena adanya infeksi yang kemudian dilanjutkan
terjadinya penyebaran patogen didalam jaringan keseluruh tubuh tumbuhan atau
merupakan gejala sekender yang disebabkan kerana serangan patogen pada bagian
lain dari tumbuhan itu, atau karena keadaan luar yang kurang baik.
Dalam maslah gejala dikenal juga
gejala primer dan gejala sekender. Gejala primer yaitu gejala yang terjadi pada
bagian yang diserang patogen. Gejala sekender adalah gejala yang tampak
dibagian lain pada suatu tumbuhan akibat kerusakan pada bagian yang menunjukan
gejala primer. Misalnya suatu tubuhan layu karena akarnya busuk.
Berdasarkan perubahan yang
terjadi (sel) gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe gejala yaitu :
1.
Tipe nekrotis (necrotic) meliputi gejala-gejala yang
terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel, atau matiya sel.
2.
Tipe hipoplastis (hypoplastic, hypoplasia) meliputi
gejala-gejala yang terjadinya karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel
(underdevelopment).
3.
Tipe hiperplastis (hyperplastic) meliputi gejla-gejala
yang terjadinya karena pertumbhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment). Bila
pertumbuhan yang luar biasa ini ditinjau dari segi ukuran individu selnya disebut
hipetrofi (hypertrophy). Bila ditinjau dari segi jumlah sel-selnya disebut
hiperplasia (hyperplasia).
Tipe nekrotis meliputi gejala :
1
Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian
tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar
contoh : daun kedelai diserang bakteri pseudomonas syringae pyglysinea.
2
Klorosis : rusknya kloroplasitida menyebabkan
menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau. Seringkali
gejala ini mendahului gejala nerkrosis. Klorosis mengelilingai kercak nekrosis
disebut halo. Bila klorosis ini merata dan terdapat pada semua daun suatu
tumbuhan disebut klorosis sistemik.
Contoh : daun jagung yang diserang jamur selerospora maydis.
3
Nekrosis (matinya bagian tumbuhan) : bila sekumpulan
sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati sehingga terlihat ada
bercak-bercak (noda) yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak yang bulat,
memanjang, bersudut, dan ada yang tidak teratur bentuknya. Gejala ini ada
beberapa macam antara lain : blight (bila bercak meluas dengan cepat), spot
(bila bercak terjadi kecil-kecil), target-board spot (bercak terdiri dari
alur-alur konsentris yang berwarna gelap atau terang), Nekrosis (bila bukan
gejala seperti tersebut diatas)
4
Perforasi (shot-hole) : terbentuknya lubang-lubang
karena runtuhnya sel yang telah mati pada bercak nekrosis. Contoh daun karet
yang diserang jamur helmintosporium haveae, micrecyclus ulei.
5
Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala
nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan
yang tebal seperti akar, umbi, daun yang tebal, buah dan lain-lain. Contoh
wortel, daum kubis yang diserang bakteri erwinia corotovera.
Tipe hipolastis meliputi
gejala-gejala :
1.
Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tubuh memanjang dan
mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.
2.
Kerdil : (atrofi, atrophy) : gejala habitat yang
disebabkan karena terhambatnya perumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih
kecil dari pada biasanya. Contoh tanaman padi yang diserang virus.
3.
Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan
klorofil, sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna
kuning atau pucat.
Tipe hiperplastis meliputi
gejala-gejala :
1.
Erinose : terbentuknya banyak trikom yang luar biasa,
sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti
beledu. Contoh daun crotalariaretusa yang diseang tungau.
2.
Fasiasi : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus
berubah menjadi pipih, lebar dan membelok bahkan ada yang membentuk seperti
spiral.
3.
Kudis (skab) : bercak (noda) kasar, terbatas agak
menonjol kadang-kadang pecah-pecah, dibagian tersebut terdapat sel-sel yang
berubah menjadi sel-sel gabus.
Posting Komentar untuk "GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN"